Bahagianya Menyapih Anak Tanpa Banyak Drama



 

Bahagianya Menyapih Anak Tanpa Banyak Drama

Momen saat hamil dan melahirkan pasti akan selalu diingat ya. Bahkan merasa seru buat diceritain lagi. Apalagi masih anak pertama, serasa masih nempel gitu step by step waktu lahirannya, hihi.. Memang sih yang dirasain setiap ibu beda-beda, baik waktu hamil, melahirkan dan menyusui.

Selain merasakan suka duka saat hamil dan melahirkan, ada lagi nih satu momen yang paling saya ingat, yaitu saat menyapih bang Rasyiid. Banyak yang bilang, menyapih anak itu susah susah gampang.

Ada yang harus begini dulu, ada yang harus begitu dulu, malah ada juga yang sama sekali nggak butuh begini begitu. Jadi, sebenarnya ada nggak sih cara menyapih anak biar sukses tanpa drama? Coba deh, kalian wahai para moms komen di bawah.

Mencari Informasi Tentang Menyapih Anak

Satu bulan sebelum waktunya saya menyapih bang Rasyiid, saya sempat bertanya pada beberapa orang, termasuk ibuk, kakak, dan adik saya, juga beberapa teman. Kalau dulu sih zaman saya dan adik kembar saya, di usia pas dua tahun fix berhenti disapih.

Kalau kakak saya dengan anak keduanya, nggak terlalu memaksa untuk berhenti sih, jadi ngalir gitu aja. Akhirnya sampai 3 tahun juga baru berhenti.

Nah, kalau adik saya sendiri sih pakai kopi. Memang nggak langsung sukses, harus butuh usaha dan sabar, sampai lewat beberapa hari aja baru mau benar-benar berhenti.

Bertanya pada teman-teman juga beda-beda cara menyapih anaknya. Ada yang menggantinya dengan botol susu, mengurangi sesi menyusuinya, menunda waktu menyusuinya, dan lain sebagainya.

Bahkan beberapa orang teman juga ada yang pakai dukun, entah kenapa disebut dukun sih ya, padahal ya cuma didoa-doain gitu aja. 

Bahagianya Menyapih Anak Tanpa Banyak Drama

Kekhawatiran Itu Mulai Tampak

Seakan percuma saya merasa khawatir dan bertanya sana-sini tentang cara menyapih anak, hehe.. Ternyata Allah memberikan saya kemudahan, sangat-sangat memudahkan saat menyapih bang Rasyiid, bahkan tanpa sepatah dua patah kata, haha..

Semua bermula ketika sebuah "ritual" saya, suami, dan anak yang "kabur" saat Nyepi di Bali. Waktu itu di 2018, tepatnya Senin 16/04 sore sehari sebelum Nyepi, kami mulai mengantri di pelabuhan hendak menuju Lombok tempat adik dan juga kakak saya.

Setelah berhasil masuk ke kapal selama mengantri kurang lebih 3 jam, dan berkeliling, ternyata nggak ada tempat duduk yang kosong. Padahal waktu itu saya lagi gendong bang Rasyiid, tapi kok ya nggak ada yang ngerti ya, hadeuh.. Oke skip!

Akhirnya, suami pun menyewa kasur dan di bentangkan di tempat yang kosong. Karena sejak berangkat dari rumah dan dalam perjalanan pun, bang Rasyiid nggak ada minta nyusu, bahkan saat dikapal pun. Saat saya tawari juga dia nggak mau, maunya main, kadang juga liat laut sama ayahnya. Di situ saya agak sedih sih, bahkan sempat nangis juga, huhu..

Suami juga ngerasa heran sih, dan sempat menawarkan ASI juga sama bang Rasyiid, tapi nggak behasil. Ini memang sayanya yang panikan sih ya. Padahal ya anaknya nggak rewel, sama sekali nggak nangis, malahan saya yang agak memaksa, ayo nenen, nak..

Akhirnya, saya pun menyerah dan berpikir, mungkin karena situasi dan tempatnya kurang nyaman untuk saya menyusui yak, haha.. Kalau memang begitu, kamu pengertian sekali sih, nak..

Panik-panik Bahagia

Setelah berlayar 4 jam lamanya, kapal pun menepi. Dan perjalanan kami berlanjut sekiranya 1 jam menuju Sekotong, rumah kakak saya. Sesampainya di sana, senyum, salam, sapa, dan bersih-bersih, lalu mencoba menawarkan ASI lagi, tapi bang Rasyiid keukeuh sama pendiriannya.

Saya pun menceritakannya ke kakak, kakak saya bilang, "Yaudah nggak apa-apa. Enak dong nggak pake drama-drama." Tapi tetep aja ya saya masih ngerasa heran, dan masih tetep nawarin ASI, haha..

Bahkan sampai 2 hari menginap pun pikiran untuk memberi ASI masih ada. Tapi apalah daya, bang Rasyiid nampak santai, rasanya dia memang udah bener-bener lupa untuk nenen, wkwk..

Jujur, rasanya campur aduk sih, percaya nggak percaya kalau ternyata menyapih bang Rasyiid bener-bener nggak pakai kata-kata manis, nggak perlu buang-buang tenaga, atau harus pakai benda-benda lainnya, alhamdulillaaah..

Kapan Saat yang Tepat untuk Menyapih?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan, pemberian ASI eksklusif adalah hingga bayi berusia 6 bulan. Kemudian dilanjutkan pemberian makanan bergizi (MPASI) hingga anak berusia 2 tahun atau lebih. Jadi, sebenarnya nggak ada waktu yang pasti kapan harus menyapih anak. Karena beda anak bisa jadi beda cara pendekatannya.

Dalam Islam sendiri, menyusui adalah perintah Allah SWT.  Di mana sudah tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 233, yaitu:

وَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan, karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Lantas, bolehkan jika lebih dari dua tahun?

Menurut saya sendiri dan membaca beberapa artikel, nggak ada yang menyalahkan apabila menyapih lebih dari dua tahun, toh kasusnya juga banyak, karena memang semua tergantung kondisi anak, sesiap apa mental anak untuk lepas dari ASI, begitu pun terhadap ibu. Namun, alangkah baiknya jika tidak terlalu lama. Ya intinya berpatok sama Al-Qur'an aja.

Maka dari itu, dibutuhkan persiapan pendekatan bagi diri si anak sebelum usianya mendekati dua tahun. Atau bisa jadi banyak kejutan yang akan diberikan anak saat menjelang disapih. Seperti kejutan yang bang Rasyiid kasih ke saya, begitu tak terduga rasa mudahnya tanpa drama-drama rengekan dan rewelnya, Masya Allah.. Walau pun hanya tinggal beberapa hari aja menuju usianya dua tahun, hihi..

Ini cerita bahagia saya saat menyapih anak yang jauh dari drama. Kalau kamu, adakah cerita bahagia (dengan atau tanpa drama) saat menyapih anak? Ditunggu komentarnya yaa.. Sampai jumpaa..


Ref: https://bit.ly/3wwwntg, https://bit.ly/3r17y80
Gif: canva


Posting Komentar

1 Komentar

  1. Aku deg2an mau nyapih karena anak umur 17 bulan kuat banget nenennya.. Huhu.. Semoga nanti dimudahkan..

    BalasHapus

Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!