Kapan terakhir kali kamu mudik? Setahun lalu? Dua tahun lalu? Atau, bertahun-tahun lalu? Sungguh terlalu.. Sebagian anak rantau, sering kali dirundung rasa rindu kepada keluarga, entah itu ibu dan bapaknya, adeknya, kakaknya, atau kucingnya. Siapapun pasti pernah merasakan rindu. Sebuah rasa ingin bertemu, dengan seseorang yang jika tanpanya, hidup kita akan sepi. (ini ngapa jadi so(k) sad gini sih.. oke skip!)
Kalau pertanyaan di atas balik ke saya, maka saya akan menjawab, 2019. Nggak tanggung-tanggung, waktu yang saya manfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga saya dan keluarga suami adalah tiga bulan lamanya.
Pengalaman perjalanan mudik saya dari Denpasar, Bali menuju ke Medan, Sumatera Utara, akan saya ceritakan di sini. Cerita kali ini (tidak) disponsori oleh produk apapun ya, wkwk.. Karena postingan ini saya buat sesuai minggu tema di komunitas menulis 1 minggu 1 cerita, yaitu Jalan. Baca sampai habis yaa..
Perjalanan Mudik Dari Tahun ke Tahun
Judulnya mengartikan bahwa setiap tahun saya mudik ya, haha.. Bukaaan! Mudik saya pertama kali setelah menikah dan memiliki anak adalah di tahun 2016, di mana saat itu usia anak saya menginjak 5 bulan (jalan 6 bulan).
Banyak yang melontarkan pertanyaan: Gimana perasaannya pertama kali bawa bayi naik pesawat? Panik nggak? Panik nggak? Panik nggak? Masa panik? Ya enggaklaah!
Alhamdulillah, karena anak saya anteng ya saya ikutan anteng, jadi buat apa panik. Malahan anak saya sempat di ajak main sama pramugari/ra-nya sampai ketawa nggak abis-abis, diajak foto pula, hihi..
Perjalanan mudik selanjutnya selang setahun kemudian. Di 2018 adalah perjalanan mudik yang cukup menyenangkan. Kenapa? Karena, saya juga mudik ke Surabaya, tempat kelahiran ibuk saya tercinta. Kurang lebih 5 hari, saya, suami dan anak diajak berkeliling di kota metropolitan terbesar keempat se-Indonesia Raya itu.
Beberapa di antaranya adalah tempat wisata bersejarah, seperti Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya, juga Monumen Kapal Selam Surabaya, hanya dua tempat ini sih yang benar-benar kami nikmati sampai ke dalam-dalamnya.
Berikutnya, adalah mudik di tahun 2019, di mana ini adalah mudik terakhir sebelum pandemi Covid datang. Tepatnya pada Juli sampai Nopember, wow! Ini sih bukan mudik ya, haha..
Mungkin kalian bertanya-tanya, eh, ini kok mudiknya nggak selang setahun? Karena, di tahun 2019 adalah jadwal rumah ibuk bapak saya buat ngumpul satu keluarga besar tepatnya keluarga bapak. Waktu itu juga mbak saya memboyong keluarganya dari Lombok. Tapi, saudari kembar saya belum bisa ikut momen berkumpul ini, karena dia baru saja melahirkan anak keduanya.
Yang Saya Rindukan Saat di Rumah..
Selama di rumah, kami melakukan banyak hal, bercerita, momen tidur bersama dalam satu kamar, cuma bedanya sekarang lebih rame, karena banyak bocil, hehe.. Bayangin dong, yang dulunya kami cuma terdiri dari ibuk, bapak, mbak, saya, dan kembaran, yang cuma berlima, sekarang nambah jadi berlipat-lipat, minus kembaran saya yang punya 4 anggota.
Jadi, ibuk bapak itu punya total 7 cucu, yakni 4 anak laki-laki dari mbak saya, 1 anak laki-laki dari saya, dan sepasang anak dari adik saya. Adalah bernama (sesuai urutan), Athagaly Fidiansyah, Muhammad Haqqy Fidiansyah, Al Javier Fidiansyah, Arjuna Fidiansyah, Baryl Ar Rasyiid Pradana, Yafi' Ahkan Haziq, dan yang paling cantik, Shiza Syauqina.
Kalau ingat perjalanan masa kecil dulu, saya suka kangen sama suasana di rumah yang selalu adem, karena sama sekali ibuk sama bapak itu enggak pernah sedikitpun memarahi ketiga anak perempuannya. Tapi, saat kami menjadi orang tua, kenapa kami bisa dengan mudahnya marah ya? Kenapa kami nggak bisa seperti ibuk bapak kami, yang selalu sabar menghadapi ketiga anak perempuannya ini? Apa karena semua anak kami laki-laki. jadi kelakuannya beda? Entahlah.. Yang saya tau jelas, ibuk dan bapak itu super sabar dan tulus menyayangi kami, huhu jadi mewek niih..
Satu lagi yang paaaaling saya rindukan di rumah, yaps! Ngejam bareng. Ngejam? Iya ngejam. Main band di rumah. Ibuk lalalala di vocal, bapak genjreng gitar, mbak saya gebuk ngedrum, saya mbetot bass, dan adik ting-ting-ting-ting di keyboard.
Memang nggak ada ruangan khusus buat alat bandnya. Semuanyatersusun rapi di ruang tamu yang cukup luas di rumah. Kami ngejam setiap siang, atau enggak pas lagi pada gabut, haha.. Nggak heran, kalau sering ada yang nontonin kami latihan, apalagi anak-anak kecil yang tinggal di belakang rumah.
Jangan Pernah Lupakan!
Jujur, saya suka mewek kalau membahas orang tua, terutama ibuk bapak saya, yang sama sekali belum sempurna saya bahagiakan. Rasanya ingin kembali ke masa kecil dulu, yang selalu diperhatikan, di sayang, di cium-cium, eniwei, ibuk saya itu masih suka mencium saya dan kembaran sampai SMP, lho, sanking kedekatan itu ada.
Setelah jadi anak rantau selama hampir 10 tahun ini, saya sangat merindukan momen-momen itu. Apalagi di rumah itu ya suasananya nyaman senyaman-nyamannya. Jadi kalau lagi duduk di teras tuh terasa adem, apalagi di dalam rumah. Karena memang banyak pohon buah, ada rambutan, mangga, jambu biji, jambu air, dan alpukat.
Saya inget jelas ibuk pernah bilang, kalau ibuk bapak memperbagus rumah itu hanya untuk anak-anaknya, supaya kalau ada teman-teman kami yang datang ke rumah, juga ikut nyaman. Dan bener aja, alhamdulillah banyak teman-teman yang sering dateng ke rumah, dan pasti bilang kalau rumahnya nyaman, adem, asri.
Tapi sekarang, ketiga anak perempuannya ini ditakdirkan untuk menjadi anak rantau. Bali dan Lombok menjadi pilihan kami. Walaupun kami belum sempat ngumpul lagi, tapi komunikasi selalu terjalin. Karena bisa tatap virtual setiap kali saling merindu.
Bagaimanapun, kami akan tetap menjadi anak-anak perempuan ibuk bapak yang baekbudi, mendoakan kesehatan, keselamatan, dan kemurahan rizqy. Jangan pernah lupakan masa-masa kecil kalian bersama orang tua yaa.. Walaupun sedang berjauhan dengan mereka, selalu doakan yang terbaik untuk mereka, karena kita nggak akan pernah tau sampai di mana jalan hidup ini berakhir ~
Gif: canva
5 Komentar
aku nggak akan lupa masa masa kecilku mbak, untuk yang bisa aku ingat, karna ada juga memori yang udah nggak bisa aku ingat, mungkin karena waktu itu masih kecill banget
BalasHapusbaideweii, nama nama keponakannya cakep cakep bagus bagus semua
aku sendiri tepatnya lupa kapan mudik, karena palingan cuman pergi ke surabaya. Dan tanpa nunggu lebaran pun, kalau udah kangen surabaya, aku udah biasa wara wiri, dari sekedar ke rumah sodara atau cuma main main biasa
biasanya memang, kalau libur lebaran, aku jarang banget dirumah mbak, tapi karena ngetrip :D
Wah, kayaknya ini kemarin yaa kak yang dikerjain? Kepikiran ga bisa mudik? Mudah-mudahan ada hikmahnya kak. Walaupun ga kumpul sama keluarga mudah-mudahan silaturahmi tetap terjaga. Aamiin.
BalasHapusPantas saja kemarin emm....
Seru ya perjalanan mudiknya Mbak. Baca momen Mbak saat masa kecil juga jadi mengingatkan saya dengan zaman waktu masih tinggal serumah bareng ortu huhu jadi kangen.
BalasHapusBtw cucu ortunya sudah banyak juga ya.. dan namanya cakep2 pula. Kalau kumpul semua pasti rame :D
Btw nama
Baper, nggak kebayang gimana rasanya jadi anak rantau. Dua tahun yang lalu saya sempet jadi anak rantau walaupun deket, rasanya nggak karuan deh huhu.. Sekarang, krn pandemi akhirnya suami kembali ke kampung jadi kami nggak jadi anak rantau dulu. Hahahahah
BalasHapusasyik banget sekeluarga ngejam nih kak, pengen, hehehehe. tapi pasti kangen banget yaaa, semoga ya pandemi segera berakhir dan bisa pulang ke medan.
BalasHapusHaii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!