Pengalaman Naik Transportasi Publik: Sumatera - Bali - Lombok - Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, bersama teman bertualaaang.. Pasti langsung pada ingetlah sama potongan lirik lagu di atas, haha.. Yaps! Serial kartun Ninja Hatori, yang tayang sekitar tahun 2000an. Eits, tapi saya bukan mau bahas hatori, kenji, sisimaru, dkk yaa.. Saya mau cerita sedikit banyaknya tentang pengalaman saya naik transportasi publik atau transportasi umum atau angkutan umum, yaa..
Ada banyak sekali ya jenis transportasi umum yang tersebar di desa maupun di kota. Seperti di tempat saya tinggal, mulai dari ojek, becak (becak dayung dan becak motor), angkot, bus dan kereta api, ada. Dan kesemuanya pernah saya naiki dengan tujuan kemana saja. Di sini saya akan mengulas sejauh apa perjalanan saya menuju ke kota, haha.. butuh perjuangan ini nampaknya..
NB: Sebelum baca, mohon maap, kalau agak-agak roaming ya, karena ada beberapa kata logat-logat Medan, ahaha..
Mulai berani naik angkutan umum
Cerita bermula waktu saya dan kembaran saya masuk SMA. Disinilah keberanian kami menaiki angkot muncul untuk pertama kalinya, haha.. Karena memang sebelumnya nggak pernah pergi ke Medan sendiri, selain bareng bapak sama ibuk, dan belum dibolehin naik motor, karena memang belum berani juga sih, hihi.. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 1 jam lebih (belum termasuk nunggu becak dan angkot, angkotnya nunggu penumpang, pas traffic light dan macet di jalanan).
Perjalanan dari rumah ke sekolah
Rumah orangtua saya yang berada dalam gang namun bukan gang yang terlalu sempit sih ya. Dari rumah, saya harus berjalan dulu menuju jalan raya untuk mendapatkan akses becak lebih cepat (karena biasanya kalau nunggu depan rumah, itu becak nggak akan pernah lewat, tapi kalau nggak ditunggu, entah berapa kali dia seliweran, KZL). Setelah itu, menuju ke simpang kantor pos tempat angkot menuju Medan berkumpul. Nomor angkotnya saya masih ingat betul lho, A15 atau P26, haha.. jadi kangen mereka.
Perjalanan saya masih harus berlanjut. Waktu tempuh menuju terminal Amplas, titik estafet pertama perjalanan menuju Medan Kota adalah sekitar 30 menit (belum termasuk angkotnya nunggu penumpang entah dimana, traffic light dan macet di jalanan). Dari sana lanjut ganti angkot 78 (dari jalan belakang Amplas) atau 125 (dari jalan depan Amplas), (belum termasuk nunggu angkot, angkotnya nunggu penumpang entah dimana, traffic light dan macet di jalanan). Barulah sampai kurang lebih 30 menit kemudian.
Jadi kalau saya mau berangkat sekolah, biasanya di setengah jam sampai satu jam lebih awal, untuk menghindari lamanya menunggu becak, angkot, dan angkotnya nunggu penumpang penuh.
Pernah ada kejadian, seorang mbak-mbak nanya si sopir angkot, "Bang, masih lama ini jalannya?" Di jawab si sopir, "Belum lagi penuh loh dek ku. Kalau mau cepat, naek taksi aja kau dek." Dan dengan wajah cemberut, si mbak-mbak itu pun turun angkot dan naik angkot lain, oalah..
Kalau dipikir-pikir sih betol juga apa yang dibilang abang itu ya, wahaha..
Perjalanan berangkot ria
Perjuangan masih terus berlanjut. Saat kuliah, jarak tempuh dari rumah menuju kampus semakin jauh. Dari rumah naik becak, lanjut angkot A15 menuju Amplas atau Simpang Limun, dan lanjut ganti angkot MRX alias Medan Raya Xpress (ngeri kali kan judulnya. Tapi memang sesuai namanya lho xpress, tapi bukan berarti angkotnya terbang ya, haha..). Angkot ini lebih disering disebut orang Medan, Mr. X (kan sukak atinya aja, ckck..).
Belum lagi kalau main ke rumah kawan yang angkotnya nggak bisa di jangkau sekali aja. Bisa-bisa ganti angkot lagi. Bayangin aja berapa biaya yang harus di keluarin untuk sekali jalan, ya lumayan juga, walaupun masih terbilang murah pada masanya, hihi..
Ini cerita tahun 2005an ya pas SMA. Ongkos becak menuju kantor pos Rp. 3000, ongkos angkot menuju Terminal Amplas Rp. 500 untuk anak sekolah, Rp 1000 untuk umum. Terakhir kemarin di 2017 pas mudik, saya sempatkan untuk naik angkot (karena memang kangen aja, hehe..), silaturahim ke kawan-kawan, ongkosnya itu udah Rp. 3000/estafet.
Tapi, satu hal yang bikin saya KZL kalau naik angkot di Medan. Itu sopir angkot kalau nyetel musik kuat kurang kuat, genrenya remix pula. Jadi kalau udah mau dekat tujuan sekitar 100 meter (supaya nggak terlewat, kali aja abang sopirnya nggak dengar), ambil ancang-ancang, siapkan napas dalam-dalam, dan teriak, "pingger bang!" Kalau sampai babang sopir nggak dengar jugak, itu satu penumpang angkot auto kompak dan bakal timpukin teriak barengan loh, hahaha..
Ada juga cerita copet Hp di angkot, dan itu kejadian sama kawan saya sendiri. Selain copet juga ada pelecehan perempuan, jadi pas si perempuan turun angkot mulailah beraksi tuh orang kurang ajar megang bok*ng, dan dia tuh sengaja duduk dipinggir pintu supaya lancar beraksi, akhirnya ributlah satu angkot. Makanya mending duduk di depan kalau naik angkot gitu, hihi..
Yang terakhir cerita nggak enak dari angkot adalah, babang sopir yang ugal-ugalan, sampai pernah keserempet nabrak-nabrak lho. Ya memang kita yang di angkot pada mau cepat sampai sih, tapi perhatiin jugalah keselamatan penumpang, kan ngeri, duh naudzubillah, huhu..
Perjalanan antar provinsi
Saya juga pernah beberapa kali menaiki kereta api. Bahkan pas mudik tahun lalu, saya, bang Rasyiid, ibuk saya dan seorang keponakan, pergi ke kota Binjai dengan ber-kereta-api tut tut tut siapa hendak turut. Cukup merogoh kocek Rp. 5000 saja sudah bisa menikmati sudut-sudut kota Binjai yang terlihat.. biasa aja, haha..
Selain itu, ada namanya KUPJ Tour (Koperasi Usaha Pinggir Jalan), mobil sejenis Elf ini memang khusus mengangkut penumpang dengan tujuan antar provinsi. Saya pun pernah menggunakan jasanya. Waktu itu perjalanan menuju Kisaran bersama kawan-kawan sejawat bermaksud untuk menghadiri acara resepsi salah seorang sahabat atau biasa disebut kondangan, udah tahulah ya, ckck..
Waktu merantau ke Lombok
Di pertengahan 2012, saya bersama kembaran saya, memutuskan untuk merantau ikut kakak yang dinas di Sekotong, Lombok Barat, NTB. Dan untuk pertama kalinya saya dan adek bekerja di Mataram, dan sekaligus mulai berani motoran, karena memang jumlah angkot yang sedikit bahkan hampir nggak ada yang seliweran di jalan raya, jadi ya mau nggak mau wajib bisa naik motor.
Ada sih, cidomo (masih sodaraan sama andong, dokar, dan sejenisnya), transportasi khas Lombok ini menggunakan ban mobil untuk rodanya dan biasanya dikendarai untuk mengangkut barang-barang atau mengantarkan inak-inak (ibu-ibu) belanja ke pasar, atau sekedar mengantarkan mereka ke suatu tempat yang nggak terlalu jauh.
Saat Nyepi 2017 silam, saya, suami dan anak, sempat berlibur ke Gili Trawangan, namun melalui penyeberangan Lombok. Dari Bali menuju Lombok memakan waktu kurang lebih 4-5 jam, tergantung tenang enggaknya ombak dan juga banyaknya kapal ferry yang menyeberang saat itu. Sesampainya di Gili Trawangan, kami sempat menaiki cidomo untuk menjumpai seorang teman yang punya tempat gym di sana. Dan itu adalah pertama kalinya saya naik cidomo, padahal pernah tinggal di Lombok hampir dua tahun, haha..
Alat transportasi di sana ya cuma ada cidomo dan sepeda, karena bebas polusi. Kamu bisa sewa sepeda, dan berkeliling pulau satu harian dengan tarif Rp 50000 saja (setelah tawar menawar dari 75ribu, hihi). Seru-seru..
Waktu pindah ke Bali
Di Bali sendiri, keberadaan angkot juga hampir ditiadakan, karena memang warga atau wisatawan senangnya naik motor. Apalagi jarak dari kota ke kota memang nggak terlalu jauh, masing-masingnya bisa ditempuh cuma sekitar 2-3 jam saja (belum termasuk macet dan kesasar).
Btw, kamu pernah dengar bus Trans Sarbagita? Transportasi ini adalah singkatan dari empat kabupaten/kota di Bali, yaitu, Denpasar, Badung, Gianyar & Tabanan. Bus berwarna biru langit ini beroperasi di area dari Utara (Gianyar) dengan satu pemberhentian di Batubulan ke Selatan (Badung) dengan satu pemberhentian di GWK (Garuda Wisnu Kencana). Serta pemberhentian paling barat adalah Ungasan 1 (Badung) dan pemberhentian paling timur adalah Batubulan (Gianyar).
Transportasi umum yang resmi diluncurkan Agustus 2011 lalu ini bertarif cukup murah bahkan sangat murah lho.. Cukup dengan membayar Rp. 3500 per orang, dan bahkan gratis untuk pelajar. Saya sendiri sih pernah mencobanya sekali, dengan tujuan ke bandara, ya cuma bolak-balik Denpasar - Kuta aja gitu, maklum baru pertama kali ke Bali, hihi..
Kalau saya perhatikan nih ya, bus Sarbagita ini masih jarang sekali peminatnya. Nggak pernah tuh lihat di haltenya sampai penuh penumpang. Ada paling satu dua orang aja. Atau memang mata saya lagi siwer kali ya, jadi nggak pernah nampak ada penumpang apa enggak, ahaha..
Simpulan cuap-cuap
Sejatinya, transportasi umum memang memudahkan kita untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain yaa.. Tapi memang semua tergantung pemerintahan setempat dan potensi masing-masing daerah dan juga menurut kebutuhannya. Seperti di Sumatera, memang merupakan jalur antar lintas provinsi yang sangat membutuhkan keberadaan transportasi umum.
Tapi jujur, terlalu banyak transportasi bikin pusing juga sih. Khususnya mobil angkot. Jalanan jadi makin padet macem lemak dalam tubuh ini. Dan sstt.. di Medan itu udah sumpek kali lho. Tapi memang kulinernya enak-enak sih, itu yang sering bikin rindu, hehe..
Sedikit tips dan trik ala saya dalam menggunakan transportasi umum, yaitu:
1. Selalu menunggu lebih awal
2. Cobalah untuk tetap tenang namun juga waspada terhadap apapun
3. Jaga barang bawaan, bila perlu mendekap tas yang sedang dibawa
4. Jangan terlalu banyak main Hp, mending lihat pemandangan sekitar, sekalipun nggak menarik
5. Zaman new normal, jangan lupa ikuti protokol kesehatan, dan wajib pakai faceshield kalau memang nggak memungkinkan untuk berjarak.
Udahlah ya, makasih lho udah mau berkunjung. Boleh berbagi ya siapa tahu bermanfaat, hehe. Daa sampai jumpa lagii..
19 Komentar
Mbaaa ki naik kereta belum pernah kah? Hihi ga ada cerita ttg naik kereta soalnya.
BalasHapusItu naik angkot dr mulai sekolah smape kuliah pasti bikin kurus di jalan ya? Dulu aku dibilangin gt sama temenku waktu awal2 kuliah dan ngangkot. Haha. Aku sih seneng dibilang gt tp ga bertahan lama jd ga tahu beneran bisa bikin langsing apa nggak
Btw senengnya kalo naik angkatan umum itu suka ada aja cerita2 lucunya kadang jg ketemu sama kenalan baru
hiyeeh.. ada kali mbak Ghiiiin.. Coba baca ulang deh, hihi..
HapusYah memang waktu itu sukses bikin badan kurus lho mbak. Tapi memang mungkin karena masih gadis jadi masih kuat jalan saban hari mah, kalo sekarang ya kuat juga sih, cuma agak di kurangi aja porsinya, haha..
Ada cerita lucu dan nggak jarang juga cerita kriminalnya juga lumayan tinggi, huhu..
Saya ketika KKL, satu pekan full naik bus bersama satu angkatan, mbak. Dari Banten Sampai Jawa Timur. Dari Cilegon sampai ke Probolinggo. Capeknya full, ahahaa
BalasHapuswadaw,, tapi serulah mas karena bareng satu angkatan, coba sama orang yang nggak dikenal, ya tetep ngobrol pasti, tapi ada rasa canggungnya jugakan, dan nggak mungkin ngobroool terus, hehe..
HapusYaa, bener sih. Lebih seru kalo satu bus isi nya kenal semua. Obrolan nya nyambung. Kalo sama orang yg ga dikenal, pasti krik2 wkwkwk. Cuma sebatas basa-basi.
HapusMau kemana dek?
Ke kota X pak.
Kerja ya?
Tidak, kuliah pak.
Percakapan standar Gitu doang wkwkwk
wkwk.. iya betul betul. begitulah warga +62 ya, selalu berawal pada percakapan yang sama. nggak kreatip basa basinya, haha..
HapusAku ketawa tawa pas baca si abang nyetel lagu remix kenceng kenceng sampai harus diteriakin satu angkot.
BalasHapusJadi ngebayangin logat batak si Abangnya.
Di Bandung sendiri, ada jalur angkot 05 yang kebanyakn supirnya orang Batak, jadi bisa kebayang lah.
Menarik banget itu KUPJ, aku baru kali ini tau. Kok koperasi ya?
Cidomo berasa denger si komo.
Belum pernah naik itu pas di Lombok.
Serbagita, pernahhh dong naik ...
Haha.. iya, kesel loh teh, jadi kalo udah mau nyampe udah deg-deg-an duluan karena takut nggak denger tuh sopir.
HapusSyukurlah kalo di Bandung juga ada sopir batak, jadi berasa totalitas cerita ini, haha..
Keknya memang wajib gitu ngerasaain khas dari tiap daerah, supaya afdol dan bangga dikit gitu :D
Yang paling saya syukuri di Bali itu nggak ada angkot jadi macetnya nggak terlalu parah mba hehehehehe 😂
BalasHapusBy the way saya justru baru lihat bus biru itu di blog mba, in real life nggak pernah lihat. Saya justru taunya Kura-kura Bus mba, sebab sering lihat saat ke Duty Free Mall 😆
Ahaha.. iya bener bener. mending motoran dah ya.
HapusTadinya juga mau nulis kura-kura sama satu lagi tuh, duh lupa namanya, pokoknya bisa dipake keliling juga, tapi khusus daerah wisata aja kak, bukan buat umum, kalo nggak salah sih gitu, hihi..
Wah jdi inget lombok, dlu smpet tinggal dsana sekitar 6bulan, dan belum smpet naik cidomo, kmana2 seringnya naik motor
BalasHapusWaah, tahun berapa itu mbak? kok nggak ketemu kita ya, hehe..
HapusCidomo memang seringnya dipake inak-inak ke pasar mbak, kadang juga keliaran dia di jalan raya, abis gitu jalanan jadi kotor karena pup nya kuda, iiyyuuhh..
hahhha...! Geli sendiri bacanya sambil bayangin abang-abang logat Batak. Betol kali lah kak, hidup anak Medan!
BalasHapusWkwk.. aku juga pas nulis kekeh sendiri mbak.
BalasHapusHoras! :D
Soal naik kapal ferry-nya enggak diceritakan sekalian kah, Mbak? Hehehe. Banyak sekali yaa ragam transportasi di negeri kita. Kalau becak mesin itu hanya untuk penyewa ybs kah? Pernah lihat yang serupa di pulau lain tapi kadang bisa disetop orang di jalan, jadi nambah penumpang gitu.
BalasHapushaha.. makin panjang kalo cerita ferry juga mbak, cukup jaraknya saja :D
Hapusbisa sih di setop dijalan, karena memang kebanyakankan mereka keliling cari sewa (penumpang), kalau yan kenal aja baru bisa sistem callingan, supaya nggak nunggu-nunggu lagi gitu mbak, hehe..
Haloo kak Kyn, waah maaf ya baru sempat mampir nih hehe. Anyway tentang transportasi umum...hmmm. Saya pribadi lebih suka transportasi pribadi sih, karena ga nungguin orang (angkot ya), plus bisa belok-belok sesuka hati ke jalan mana pun.
BalasHapusApalagi sudah hampir dua tahun ini saya tinggal di Bogor, yang angkotnya.....woaaa. Adeuadeu lah. Buanyak pol! Tapi emang kayanya tiap sudut desa dilewatin angkot gitu wkwkw. Bener-bener shock culture sih. Kan kalo di tempat saya dulu,Malang-Sidoarjo-Surabaya, pengamen itu biasanya di bus (angkutan gede), nah di sini angkutan kecil pun dijajahi.
Ngiri... Tulisan ini bikin saya makin kangen piknik. Pengen ke sana, kamu sukses meracuni otakku, Kakak!
BalasHapusWah belum pernah nyobain becak motor, enak kali ya lebih cepet nyampenya. aku penasarannya kalau di bali sama lombok udah ada transport online, apa transportasi publik ini masih pada rame ya mbak ky?
BalasHapussemoga nanti bisa ke lombok buat nyobain langsung cidomo keliling kota ya wkwk aamiin
Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!