- Cerpen: Gitar Baru - Ketika istirahat makan siang, Vina dan Tisha bertemu di salah satu tempat makan terenak di kota ini. Dan pada saat itu kami duduk di luar resto.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan gitarnya, sebut saja pengamen, menghampiri mereka.
Dan menyanyikan lagu terhits saat ini.
"Entah apa yang merasukimuu.. Hingga.."
Aku dan Tisha saling pandang lalu tersenyum kecil, "Bagus ya suaranya," ungkap Vina.
Setelah selesai Ia bernyanyi.
"Dik.. Duduk sini dulu deh. Kamu udah berapa lama ngamen?" tanya Vina.
"Udah hampir 1 tahun kak. Kenalkan dulu nama saya Iko," jawab Iko, berinisiatif mengenalkan dirinya.
"Oiya, saya Vina, ini Tisha. Memang sering keliling daerah sini Iko?" tanya Tisha melanjutkan.
"Nggak tentu sih kak, ya namanya pengamen jalan kemana aja bisa yang penting bisa menghibur sama ngumpulin uang buat makan, hehe.." cerita Iko.
"Oh gitu. Kamu masih sekokah?" tanya Vina.
"Saya baru lulus SMA setahun lalu kak. Oran tua juga udah nggak ada. Saya sebenarnya anak panti, tapi saya putuskan untuk mandiri, akhirnya saya izin keluar panti dan mencoba peruntungan di bidang tarik suara kak, hehe.. Yaa semoga aja dari sini saya bisa hidup lebih baik, walaupun tidurnya masih numoang di mushola. Eh, maaf ni kak, kok saya jadi curhat gini, haha.." ungkap Iko panjang lebar sembari garuk-garuk kepala pertabda malu.
"Nggak apa-apa lagi Ko. Lagian suara kamu bagus kok, ya nggak Sha?" celetuk Vina.
Tisha pun mengangguk setuju, "Setuju,."
"Makasih banyak ya kak Vina dan kak Tisha," lalu Iko pun pamit.
"Eh eh, ini Ko, kamu kan udah menghibur kita, sering-sering mampir sini ya," ujar Tisha.
"Makasih banyak kak. Permisi."
Tak berselang lama, Vina dan Tisha beranjak pulang. Namun d tengah iperjalanan ada keramaian yang membuat jalanan macet.
"Eh Sha Sha.. Itu bukannya Iko ya? Ya Allah.." ujar Vina panik dan langsung turun dari mobil.
"Kenapa ini pak?" tanya Vina kepada warga setempat.
"Tabrak lari non," jawab si bapak.
"Ini adik saya pak. Tolong angkat ke mobil saya ya," pinta Vina masih dengan waah paniknya.
Sampailah mereka di klinik terdekat.
"Kak Vina dan kak Tisha, saya nggak apa-apa kok. Kenapa repot-repot begini," ungkap Iko dengan ekspresi khas kesakitan.
"Nggak apa-apa Ko, itu yang luka di obatin dulu aja," ujar Tisha.
Setelah mereka akan pulang.
"Sekali lagi makasih banyak ya kak."
"Hati-hati ya Ko."
"Eh, Iko bentar deh. Besok datang ke resto lagi ya, aku tunggu jam 1 siang. Ok," ucap Vina.
"Iya kak."
"Kamu mau ngapain Vin nyuruh dia dateng?" tanya Tisha sedikit berbisik.
"Aku mau kasih kejutan sama dia Sha," awab Vina sambil tersenyum simpul.
"Jangan-jangan pikiran kita sama lagi Vin," sambung Tisha.
Besoknya, jam 1 siang di resto.
"Eh, Iko! Sini," teriak Vina dari dalam resto.
"Gimana lukanya, udah sembuhkan?" tanya Vina.
"Alhamdulillah udah mendingan kak," jawab Iko, namun tangannya masih di perban.
"Kamu tahu nggak kenapa aku suruh kesini?" Vina bertanya lagi.
Iko hanya menggeleng.
"Kamu lihat panggung itu kan? Sebentar lagi oanggung itu akan jadi milik kamu," ungkap Vina dengan memegang kedua pundak Iko.
"Maksudnya kak?" Iko bertanya heran.
"Setiap hari, kamu akan nyanyi disini, jadi nggak perlu panas-panasan keliling lagi," ungkap Vina membubuhkan senyum khasnya.
Sontak pernyataan Vina membuat Iko terkejut seakan tak percaya, "Yang bene kak?"
Vina mengangguk pasti.
"Tapi kak, gitarku udah hancur karena tabrajan kemarin," keluh Iko.
"Tenaang.. Tishaa.." celetuk Vina.
Datanglah Tisha dari arah belakang panggung dengan membawa sebuah gitar, sembari memainkannya asal-asalan.
"Kenalin ini mas Tino calon suami aku. Naah, mas Tino ini yang punya resto ini Ko, jadi kamu harus baik-baik ya sama mas Tino, dan selamat bermain dengan gitar baru kamu.." ucap Tisha yang datang bersama Tino..
Lagi-lagi Iko terkejut dan bisa berkata-kata.
"Makasih banyak kak Vina, kak Tisha dan mas Tino. Aku benar-benar beruntung bisa mengenal kalian," ungkap Iko terharu. - Cerpen: Gitar Baru -
Tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan gitarnya, sebut saja pengamen, menghampiri mereka.
Dan menyanyikan lagu terhits saat ini.
"Entah apa yang merasukimuu.. Hingga.."
Aku dan Tisha saling pandang lalu tersenyum kecil, "Bagus ya suaranya," ungkap Vina.
Setelah selesai Ia bernyanyi.
"Dik.. Duduk sini dulu deh. Kamu udah berapa lama ngamen?" tanya Vina.
"Udah hampir 1 tahun kak. Kenalkan dulu nama saya Iko," jawab Iko, berinisiatif mengenalkan dirinya.
"Oiya, saya Vina, ini Tisha. Memang sering keliling daerah sini Iko?" tanya Tisha melanjutkan.
"Nggak tentu sih kak, ya namanya pengamen jalan kemana aja bisa yang penting bisa menghibur sama ngumpulin uang buat makan, hehe.." cerita Iko.
"Oh gitu. Kamu masih sekokah?" tanya Vina.
"Saya baru lulus SMA setahun lalu kak. Oran tua juga udah nggak ada. Saya sebenarnya anak panti, tapi saya putuskan untuk mandiri, akhirnya saya izin keluar panti dan mencoba peruntungan di bidang tarik suara kak, hehe.. Yaa semoga aja dari sini saya bisa hidup lebih baik, walaupun tidurnya masih numoang di mushola. Eh, maaf ni kak, kok saya jadi curhat gini, haha.." ungkap Iko panjang lebar sembari garuk-garuk kepala pertabda malu.
"Nggak apa-apa lagi Ko. Lagian suara kamu bagus kok, ya nggak Sha?" celetuk Vina.
Tisha pun mengangguk setuju, "Setuju,."
"Makasih banyak ya kak Vina dan kak Tisha," lalu Iko pun pamit.
"Eh eh, ini Ko, kamu kan udah menghibur kita, sering-sering mampir sini ya," ujar Tisha.
"Makasih banyak kak. Permisi."
Tak berselang lama, Vina dan Tisha beranjak pulang. Namun d tengah iperjalanan ada keramaian yang membuat jalanan macet.
"Eh Sha Sha.. Itu bukannya Iko ya? Ya Allah.." ujar Vina panik dan langsung turun dari mobil.
"Kenapa ini pak?" tanya Vina kepada warga setempat.
"Tabrak lari non," jawab si bapak.
"Ini adik saya pak. Tolong angkat ke mobil saya ya," pinta Vina masih dengan waah paniknya.
Sampailah mereka di klinik terdekat.
"Kak Vina dan kak Tisha, saya nggak apa-apa kok. Kenapa repot-repot begini," ungkap Iko dengan ekspresi khas kesakitan.
"Nggak apa-apa Ko, itu yang luka di obatin dulu aja," ujar Tisha.
Setelah mereka akan pulang.
"Sekali lagi makasih banyak ya kak."
"Hati-hati ya Ko."
"Eh, Iko bentar deh. Besok datang ke resto lagi ya, aku tunggu jam 1 siang. Ok," ucap Vina.
"Iya kak."
"Kamu mau ngapain Vin nyuruh dia dateng?" tanya Tisha sedikit berbisik.
"Aku mau kasih kejutan sama dia Sha," awab Vina sambil tersenyum simpul.
"Jangan-jangan pikiran kita sama lagi Vin," sambung Tisha.
Besoknya, jam 1 siang di resto.
"Eh, Iko! Sini," teriak Vina dari dalam resto.
"Gimana lukanya, udah sembuhkan?" tanya Vina.
"Alhamdulillah udah mendingan kak," jawab Iko, namun tangannya masih di perban.
"Kamu tahu nggak kenapa aku suruh kesini?" Vina bertanya lagi.
Iko hanya menggeleng.
"Kamu lihat panggung itu kan? Sebentar lagi oanggung itu akan jadi milik kamu," ungkap Vina dengan memegang kedua pundak Iko.
"Maksudnya kak?" Iko bertanya heran.
"Setiap hari, kamu akan nyanyi disini, jadi nggak perlu panas-panasan keliling lagi," ungkap Vina membubuhkan senyum khasnya.
Sontak pernyataan Vina membuat Iko terkejut seakan tak percaya, "Yang bene kak?"
Vina mengangguk pasti.
"Tapi kak, gitarku udah hancur karena tabrajan kemarin," keluh Iko.
"Tenaang.. Tishaa.." celetuk Vina.
Datanglah Tisha dari arah belakang panggung dengan membawa sebuah gitar, sembari memainkannya asal-asalan.
"Kenalin ini mas Tino calon suami aku. Naah, mas Tino ini yang punya resto ini Ko, jadi kamu harus baik-baik ya sama mas Tino, dan selamat bermain dengan gitar baru kamu.." ucap Tisha yang datang bersama Tino..
Lagi-lagi Iko terkejut dan bisa berkata-kata.
"Makasih banyak kak Vina, kak Tisha dan mas Tino. Aku benar-benar beruntung bisa mengenal kalian," ungkap Iko terharu. - Cerpen: Gitar Baru -
0 Komentar
Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!