- Cerpen: Sebuah Kamar Kosong - Semua ini berawal dari saat aku menginap di sebuah hotel tak berbintang.
Pertama kali datang untuk check-in, aku tidak merasakan hal aneh apapun.
"Silahkan kuncinya, kamar 003," kata resepsionis.
Aku melihat angka di gantungan kunci berwarna putih itu, ya 003.
"Makasih mba," ucapku tersenyum.
Segeralah aku bergegas ke lantai 2. Sampai di kamar dengan napas terengah-engah, aku langsung masuk ke kamar. Dan selesai berberes, aku langsung tertidur.
Tepat jam 12 malam, aku tersentak lalu terbangun. Kuperhatikan seluruh sisi kamar, dindingnya tampak sedikit berminyak, langit-langit disisi sudut dekat jendela tampak hitam, menurutku itu bekas bocor terkena air hujan. Dan ketika kuperhatikan lebih detail, ternyata ada sebuah lubang kecil tepat di tengah sisi dinding dekat kasur, aku rasa itu bekas paku, tapi kenapa bisa sedalam itu sampai membentuk lubang kecil dan menembus sampai ke kamar sebelah, 002.
Tiba-tiba terdengar suara musik dan hentakan kaki dari kamar sebelah. Seperti ada yang sedang berdansa.
Aku ingat bahwa ada lubang kecil tadi, aku memberanikan diri mengintipnya, tapi suara itu seketika tak terdengar lagi dan aku tak melihat apa-apa dari lubang itu hanya terlihat warna merah berbintik hitam. Entahlah, mungkin itu cat kamarnya atau tertutup oleh sebuah bingkai. Setelah itu, aku tak mendengar suara-suara lagi hingga ku tertidur pulas.
Baca juga: Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen) Kyndaerim
Besoknya aku berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat yang tak jauh dari hotel. Aku lalu kembali ke hotel sekitar jam 8 malam. Lelah rasanya, aku langsung bersih-bersih dan selalu saja ingin tidur cepat. Namun nyatanya, mataku tak bisa terpejam. Dan lagi-lagi aku terjaga sampai jam 00. Aku lalu mengintip lagi dari lubang kecil itu. Lagi-lagi yang kulihat hanyalah merah berbintik hitam. Perasaanku mulai tidak enak.
Aku pun langsung menelpon resepsionis.
"Halo mba. Saya mau komplain dong, kamar 002 sebelah kamar saya ini berisik sekali, tolong segera di tegur ya mba, saya jadi nggak bisa tidur,"
"Maaf ibu, kamar 002 itu kosong. Mungkin ibu salah dengar,"
Aku terdiam, "Saya nggak salah dengar mba, ini jelas-jelas suara dari kamar sebelah," seruku lagi.
"Hmm.. Baik ibu. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya," kata sang resepsionis.
Ini hari terakhir aku menginap di hotel. Setelah beres berkemas, aku lalu keluar kamar, namun pintu kamar 002 terlihat terbuka. Aku memberanikan diri untuk masuk. Kamarnya rapi dan super harum. Aku melihat ada sepasang sepatu perempuan di dekat lemari pakaian. Cat dindingnya putih bersih.
Aku lalu terkejut saat handphoneku berdering, hela napas panjangku, ternyata hanya suara alarm.
"Mba, apa yang sebenarnya yang ada di kamar 002?" saat hendak memberikan kunci kamar, aku bertanya pelan pada resepsionis.
"Hotel ini memang sudah tua. Setiap malam tepat di jam 12 lewat 02 malam, selalu saja ada yang datang, lalu berdansa diiringi musik klasik, dia adalah nona Jane. Penyuka warna merah. Namun dia terlalu tergila-gila untuk berdansa. Sampai akhirnya Ia jatuh sakit, dan tidak bisa lagi berdansa. Sekitar 6 bulan lalu, Ia depresi dan lalu melompat dari lantai paling atas gedung ini. Saat di temukan tewas, kedua matanya sangat merah, penyebabnya belum di ketahui pasti," cerita mba resepsionis.
Aku lalu berpikir keras, "Jadi selama ini aku melihat atau lebih tepatnya lagi selama ini kami saling melihat??!!" Disaat itu juga aku jatuh pingsan. - Cerpen: Sebuah Kamar Kosong -
Pertama kali datang untuk check-in, aku tidak merasakan hal aneh apapun.
"Silahkan kuncinya, kamar 003," kata resepsionis.
Aku melihat angka di gantungan kunci berwarna putih itu, ya 003.
"Makasih mba," ucapku tersenyum.
Segeralah aku bergegas ke lantai 2. Sampai di kamar dengan napas terengah-engah, aku langsung masuk ke kamar. Dan selesai berberes, aku langsung tertidur.
Tepat jam 12 malam, aku tersentak lalu terbangun. Kuperhatikan seluruh sisi kamar, dindingnya tampak sedikit berminyak, langit-langit disisi sudut dekat jendela tampak hitam, menurutku itu bekas bocor terkena air hujan. Dan ketika kuperhatikan lebih detail, ternyata ada sebuah lubang kecil tepat di tengah sisi dinding dekat kasur, aku rasa itu bekas paku, tapi kenapa bisa sedalam itu sampai membentuk lubang kecil dan menembus sampai ke kamar sebelah, 002.
Tiba-tiba terdengar suara musik dan hentakan kaki dari kamar sebelah. Seperti ada yang sedang berdansa.
Aku ingat bahwa ada lubang kecil tadi, aku memberanikan diri mengintipnya, tapi suara itu seketika tak terdengar lagi dan aku tak melihat apa-apa dari lubang itu hanya terlihat warna merah berbintik hitam. Entahlah, mungkin itu cat kamarnya atau tertutup oleh sebuah bingkai. Setelah itu, aku tak mendengar suara-suara lagi hingga ku tertidur pulas.
Baca juga: Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen) Kyndaerim
Besoknya aku berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat yang tak jauh dari hotel. Aku lalu kembali ke hotel sekitar jam 8 malam. Lelah rasanya, aku langsung bersih-bersih dan selalu saja ingin tidur cepat. Namun nyatanya, mataku tak bisa terpejam. Dan lagi-lagi aku terjaga sampai jam 00. Aku lalu mengintip lagi dari lubang kecil itu. Lagi-lagi yang kulihat hanyalah merah berbintik hitam. Perasaanku mulai tidak enak.
Aku pun langsung menelpon resepsionis.
"Halo mba. Saya mau komplain dong, kamar 002 sebelah kamar saya ini berisik sekali, tolong segera di tegur ya mba, saya jadi nggak bisa tidur,"
"Maaf ibu, kamar 002 itu kosong. Mungkin ibu salah dengar,"
Aku terdiam, "Saya nggak salah dengar mba, ini jelas-jelas suara dari kamar sebelah," seruku lagi.
"Hmm.. Baik ibu. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya," kata sang resepsionis.
Ini hari terakhir aku menginap di hotel. Setelah beres berkemas, aku lalu keluar kamar, namun pintu kamar 002 terlihat terbuka. Aku memberanikan diri untuk masuk. Kamarnya rapi dan super harum. Aku melihat ada sepasang sepatu perempuan di dekat lemari pakaian. Cat dindingnya putih bersih.
Aku lalu terkejut saat handphoneku berdering, hela napas panjangku, ternyata hanya suara alarm.
"Mba, apa yang sebenarnya yang ada di kamar 002?" saat hendak memberikan kunci kamar, aku bertanya pelan pada resepsionis.
"Hotel ini memang sudah tua. Setiap malam tepat di jam 12 lewat 02 malam, selalu saja ada yang datang, lalu berdansa diiringi musik klasik, dia adalah nona Jane. Penyuka warna merah. Namun dia terlalu tergila-gila untuk berdansa. Sampai akhirnya Ia jatuh sakit, dan tidak bisa lagi berdansa. Sekitar 6 bulan lalu, Ia depresi dan lalu melompat dari lantai paling atas gedung ini. Saat di temukan tewas, kedua matanya sangat merah, penyebabnya belum di ketahui pasti," cerita mba resepsionis.
Aku lalu berpikir keras, "Jadi selama ini aku melihat atau lebih tepatnya lagi selama ini kami saling melihat??!!" Disaat itu juga aku jatuh pingsan. - Cerpen: Sebuah Kamar Kosong -
3 Komentar
Bagian paling sulit menulis cerita horor buat saya ialah gimana bikin pembaca merinding dan takut. Ini ceritanya mungkin termasuk horor, karena melihat hantu, tapi di imajinasi saya malah keren bisa melihat orang berdansa seasyik itu. Haha.
BalasHapusHiji.. Boleh juga kok kalo kamu nya mau dansa sama mba Jane, hahaha..
HapusAwalnya aku ga terlalu takut pas baca yg bagian mengintip lalu terlihat merah berbintik hitam. Tp pas tau kalo itu si hantu, rada merinding jg hahahahaha. Akupun mungkin bakal pingsan kalo pas tau :p
BalasHapusHaii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!