Pukul 5 sore tepat, seperti biasanya, aku dan seisi kantor, kecuali bagian gudang, pulang dengan semangatnya. Tapi tidak denganku. Rasanya lebih lelah dari hari~hari sebelumnya. Mungkin karena faktor lapar, karena siang tadi aku cuma makan sedikit, ditambah ada deadline yang harus aku kerjakan.
"Hai, Nir. Ayok. Eh, bentar~bentar. Kok kamu lemas gitu, kenapa? Kamu sakit? Aku anter ke dokter ya sekarang," Dendy, pujaan hatiku yang paling lucu sejagat maya eh raya, datang menjemputku tepat waktu.
Aku langsung naik ke atas motornya, "Sstt.. Aku laper," jawabku santai.
Dendy malah tertawa, "Memangnya kamu nggak makan tadi siang?" tanyanya lagi.
"Duuuh.. Kamu banyak tanya deh. Udah buruan cari tempat makan," kataku sewot.
"Okay, siap nona!" sambungnya.
Diperjalanan terjadi obrolan.
"Kita ke rumah makan aja ya," celetuk Dendy.
Aku menghela napas, "Den, aku tuh laper, ya masa mau di ajak ke toko bangunan sih," jawabku.
Lagi~lagi Dendy tertawa, "Kok kamu malah ketawa sih, jahat," ucapku sambil memukul pundaknya pelan.
"Habisnya kamu laper tapi masih bisa ngelucu," lanjut Dendy.
Aku jadi ikut tertawa.
"Yaudah, aku tahu rumah makan paling enak di kota ini. Pegangan yaa," sahut Dendy.
"Eh eh eh..." sontak aku terkejut saat Dendy tiba~tiba melaju kencang, tenaang, nggak kencang~kencang banget kok, hehe..
"Loh, kok arahnya kesini? Memang ada ya rumah makan enak daerah sini?" tanyaku penasaran.
"Oo, jelas ada dong," jawab Dendy yakin.
"Naah.. Sampai," ucap Dendy.
"Loh, kok malah ke rumahku sih?" tanyaku lagi, heran
"Ya ini dia rumah makan paling enak sejagat raya. Rumah makan Mama Yussi. Calon mertua aku," kata Dendy sedikit menggoda.
Aku tertawa selepas~lepasnya, "Kamu ini ya bisa aja ngeprank-nya."
"Udah ayo masuk. Aku juga laper berat nih gara~gara ngeprank kamu, haha.."
0 Komentar
Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!