Sampai suatu ketika, Ia melihat seorang perempuan bercadar yang juga duduk dibangku sisi lain taman. Sedang membaca buku.
"Subhanallah.. Ada bidadari dalam taman seperti ini. Tapi
tumben aku melihatnya," batin Andri sambil memperhatikannya dari kejauhan. Saat
perempuan itu menutup bukunya, kemudian melihat sekitar, Andri berpura-pura
memainkan handphonenya. Dan sesekali melirik ke arah perempuan itu.
Tepat pukul 6 sore, perempuan itu mulai beranjak dari taman. Andri
yang masih memperhatikannya, mengikutinya diam-diam. Sampai ke parkiran motor,
perempuan itu menaiki motor maticnya, kemudian berlalu.
"Semoga besok Ia datang kesini lagi," harap Andri.
Besok sorenya di jam yang
sama, perempuan itu datang bersama dengan seorang lelaki paruh baya. "Mungkin
itu Ayahnya," pikir Andri.
Terlihat mereka berdua sangat dekat. Andri yakin bahwa itu adalah
Ayahnya.
Besok sorenya, Andri terlambat datang ke taman. Dengan cepat Ia
berlari dari parkiran menuju ke dalam taman. Dengan nafas terengah-engah, matanya
berkeliling mencari sosok perempuan tersebut. Namun Ia tak menemukannya.
"Ah, gara-gara macet sih, aku jadi telat kan," kesalnya.
Beruntung, perempuan itu ternyata baru sampai juga di taman.
"Ya Allah, Engkau Maha Baik," batin Andri sembari tersenyum.
Dari kejauhan Andri melihat perempuan itu seperti sedang menangis,
karena gerakan pundaknya dan beberapa kali Ia mengusap matanya.
"Kenapa ya dia? Apa aku harus menghampirinya?" batin
Andri bingung.
Akhirnya Andri memberanikan diri untuk menghampirinya,
"Assalamu'alaikum, maaf, kenapa kamu menangis?" tanya Andri.
Sontak kehadiran Andri membuatnya terkejut, dan Ia hanya
menggeleng pelan.
"Saya Andri," seru Andri memperkenalkan diri.
Lalu perempuan itu mengeluarkan sebuah buku kecil dan menulis.
Tentu saja apa yang dilakukannya itu membuat Andri mengernyitkan dahinya.
Kemudian diberikanlah buku kecil tadi kepada Andri.
Tertulis, "Saya Nissa. Maaf saya ini bisu. Terima kasih untuk
datang dan bertanya. Tapi saya baik-baik saja kok,” ungkapnya.
"Alhamdulillah.. Maaf, saya tidak tahu kalau kamu.. Umm..
Kamu kenapa sendirian saja? Boleh saya temani?" seru Andri.
"Saya memang biasa sendiri. Kadang juga datang bersama Ayah
saya," jawabnya lagi, tentu saja melalui tulisan.
Andri lalu tersenyum, ternyata perkiraannya selama ini benar.
"Saya harus segera pulang. Terima kasih Andri," tulisnya
lagi.
"Jalan bareng sampai ke parkir ya, saya juga mau
pulang," seru Andri.
Mereka pun berjalan menuju parkiran dan lalu berpisah sesuai
tujuan masing-masing.
Andri terus terngiang mata indah Nissa, "Mohon ampunanMu Ya
Allah, hamba sungguh kagum kepada ciptaanMu yang satu ini," ucapnya pelan
sambil terus melaju menuju rumahnya.
Hari Ahad ini Andri datang dengan sepedanya. Terduduk di tempat
biasa. Menanti Nissa. Tapi sudah hampir 1 jam Ia menunggu, Nissa tak kunjung
datang. "Mungkin Ia sedang sibuk, atau.. Aku tak mau berpikir lain,"
batinnya. Dengan sedikit rasa kecewa, Andri bergegas pulang.
Hari demi hari berlalu. Total sudah 3 hari Nissa tidak ‘menghiasi’
taman itu. Namun, di hari ke-4, Andri melihat Ayah Nissa sedang duduk di bangku
yang biasa di tempati Nissa. Karena rasa penasaran yang teramat sangat, dengan
berani, Andri coba menghampiri lelaki itu.
"Assalamu'alaikum," salam Andri.
"Wa'alaikumsalam," Ayah Nissa menjawab.
"Permisi Pak, Saya Andri, saya temannya Nissa. Bapak ini Ayahnya
Nissa kan?" jelas dan tanya Andri, sekedar memastikan.
"Oo, Andri ya. Iya saya Ayahnya Nissa. Beberapa hari lalu
Nissa sempat cerita tentang kamu. Katanya kamu sering memperhatikan dia ya dari
kejauhan?" ujar Ayah Nissa.
Aku merasa tidak enak hati, "Ee, mohon maaf sebelumnya Pak.
Sebenarnya memang betul saya selalu memperhatikan bahkan menunggu kehadiran putri
Bapak. Jujur tidak ada maksud lain Pak, saya hanya kagum sama putri
Bapak," jelas Andri mencoba mengklarifikasi.
"Nak Andri, saya tahu bagaimana sifat anak saya, dan dia juga
pasti tahu bagaimana cara dia mengenal orang-orang di sekitarnya," ungkap
Ayah Nissa.
Andri dengan serius mendengarkan cerita dari lelaki paruh baya itu.
"Kamu mungkin hanya tahu Nissa dari luarnya saja. Kalau boleh
saya cerita, Nissa itu tuna wicara sejak kecil, dan ibunya meninggal sesaat
setelah melahirkannya ke dunia. Setelah Nissa sekolah, banyak teman-temannya
yang mengejek karena dia tuna wicara. Sampai beranjak remaja, dia sempat
berpikir bahwa semua ini salah ibunya, yang menyebabkan dia tidak bisa bicara.
Dari situ lah kehidupan Nissa sempat kacau. Bahkan bisa di bilang sangat
durhaka," matanya mulai berkaca-kaca.
"Saat itu dia tidak mau lagi melanjutkan sekolahnya, dan
sempat pergi dari rumah selama 2 hari. Sampai pada akhirnya dia ditemukan
tergeletak di pinggir jalan dengan pakaian yang tidak lagi utuh," ia
semakin sedih bercerita, ".. Setelah itu dia sempat di rawat di rumah
sakit selama kurang lebih 3 bulan. Karena koma. Saat itu saya hanya bisa
berdoa. Syukurlah, dia sadar dib ulan ke 4. Dan tatapannya sangat sedih, air
matanya tidak berhenti mengalir. Mencoba berisyarat, tapi keadaannya masih
sangat lemah."
"Dan saat itu juga, dokter memberitahukan kepada saya, bahwa
Nissa terinveksi HIV AIDS. Saya benar-benar terkejut dan ingin menangis rasanya,
tapi saya mencoba tegar, begitu juga dengan Nissa."
"Setelah kembali ke rumah, dia langsung bersujud menciumi
kaki saya. Dari situ saya sadar, bahwa saya yang salah, tidak bisa dengan baik
mendidik dan menjaga anak perempuan saya. Sampai pada akhirnya, dia memutuskan
untuk berhijab dan bercadar. Maaf ya nak Andri, saya bercerita sepanjang
ini," ucap Ayah Nissa yang masih sedikit tersedu-sedu.
"Tidak apa-apa Pak. Bapak sudah cukup tegar, begitu juga
dengan Nissa, ia pasti sekarang ingin sekali menebus semua kesalahannya,”
ungkap Andri, lalu ia melanjutkan, “Maaf Pak, sekarang Nissa sehat-sehat saja
kan?" Tanya Andri sangat penasaran.
Sebelum menjawab pertanyaan Andri, Ayah Nissa menghela nafas
panjang, "Nak Andri, 3 hari lalu Nissa anak saya telah berpulang ke sisi
Allah. Maaf kalau anak saya ada salah ya, mohon doanya juga untuk ketenangan
Nissa," jawab beliau lirih.
Sontak Andri terdiam sejenak. Matanya mulai berkaca-kaca,
"Innalillahi wainna illaihi roji'un. Saya turut berduka cita ya Pak,
semoga almarhumah Nissa husnul khotimah," ungkap Andri dengan nada bicara
seolah tegar.
"Nak Andri, sebelum pergi, Nissa menitipkan surat ini untuk
kamu. Baiklah, saya pamit dulu," sambil menepuk pelan pundak Andri, Ayah
Nissa kemudian berlalu.
Rasa sesak menahan tangis tak bisa Andri hindari. Sambil membaca
surat yang dititipkan untuknya itu, air matanya perlahan mulai menetes.
Ku disini duduk terdiam
Merenung dengan tenang
Sesekali tersenyum melihat sekitar
Sampai mataku menangkap kehadirannya
Mungkin hanya perasaanku saja
Sebuah harapan belaka
Sampai akhirnya ku mendengar suara
Sebuah salam kau ucapkan tuk menyapa
Jelas tergiang dalam ingatan
Kata demi kata kau ucapkan
Tulisan demi tulisan aku jabarkan
Dan dengan sabar kau memperhatikan
Anggap saja suara hati ini yang menyampaikan
Semua rasa yang terpendam
Akankah terjalin suatu hubungan?
Jangan! Aku tak ingin melanjutkan
Terima kasih untuk telah perduli
Kepada perempuan tak bersuara ini
Walau hanya dalam satu hari
Kau telah mengisi hati
Kini..
Hanya ada kau dan kenangan
Tak ada lagi yang kau perhatikan dalam indahnya taman
Mohon maafkan jika ada kesalahan
Ku mohon doakan aku dalam ketenangan
Nissa
0 Komentar
Haii! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan ya. Silakan baca artikel lainnya dan tinggalkan jejakmu. Terima kasih!